Jika tidak merata, maka dominasi kecantikan cupang akan berkurang.
Setelah anakan siap dikembangkan, barulah perawatan lebih menitik-beratkan pada pemberian makanan, kebersihan lingkungan, dan penggunaan media air yang tepat. Terkadang orang sering menyepelekan beberapa hal ini. Padahal kesehatan ikan yang kurang terjaga, membuat kecantikannya semakin menurut. Itu ditandai oleh rontoknya sirip.
Selain bentuk yang sempurna, warna juga sering diperhitungkan dalam kontes cupang hias. Paling sering dalam hal ini ada tiga kelas ketika kita fokus disatukan pada segi warna, yaitu kelas warna dasar, kombinasi, dan bebas. [adi]
Makanan Tepat Bagi si CupangTak cukup dengan makanan instan, cupang biasanya cocok diberi makanan alami. Selain tak sedikit jenis yang tak suka makanan instan, pemberian nutrisi yang cukup akan meningkatkan pertumbuhan tampilan dan warna ikan.
“Kendala saat merawat cupang biasanya terletak pada makanan. Cupang sering tak familiar, bahkan tak suka dengan makanan instan yang biasa dijual di pasaran. Untuk itulah, kita biasanya dapat mengantisipasi dengan memberinya makanan pengganti alternatif,” papar Gondrong.
Makanan ikan ini antara lain cacing sungai, nematode (kutu air), udang, dan makanan beku. Cacing sungai atau orang biasa menyebutnya dengan cacing darah. Itu berbeda dengan cacing tanah, biasanya cacing ini berukuran kecil. Jika Anda tak ingin susah mencarinya di sungai, Anda bisa mendapatkannya di penjual ikan hias atau pedagang cacing sungai yang banyak dijumpai ketika musim hujan datang.
Harganya sangat terjangkau – perkilonya – Anda mungkin akan mengeluarkan uang tak kurang Rp 30 ribu. Sedangkan kutu air – berbentuk seperti jentik nyamuk – hanya berwarna merah dan berukuran kecil. Seperti cacing darah, pakan ini juga sering dijual beberapa penjual ikan hias dengan harga Rp 5000 per kantong.
Selain makanan hidup, cupang juga bisa diberi makanan semi instan, seperti cacing beku. Kali ini makanan dibekukan dan akan mencair ketika makanan diberikan ke ikan. Untuk mendapatkan makanan ini, biasanya kita dihadapkan pada beberapa merk tertentu dan dijual dalam bentuk sachet.
Meski sering langsung dilahap ketika kita memasukkan makanan ini, pensterilan tetap harus dilakukan untuk memutus rantai perkembangan bakteri penyebab penyakit pada ikan. Untuk mensterilkan makanan, biasanya dilakukan penjemuran yang sebelumnya sudah dicampuri beberapa bahan anti-oksidan yang bisa didapat secara bebas di pasaran.
Umumnya, makanan bisa diberikan dua kali dalam sehari ketika pagi dan sore. Intensitas inilah yang akhirnya membuat kita harus tetap waspada, karena ikan akan sering membuang kotoran.
“Usahakan mengambil kotoran dengan selang dan membuangnya, dengan sekali dalam seminggu mengganti penuh air yang ada. Itu jika Anda ingin ikan bebas dari penyakit,” ujar Gondrong. [adi]
Ikan Laut Hias
Perlakuan Ekstra di Tahap Awal
Masih ingat dengan film animasi yang bercerita tentang kehidupan di dalam laut, Finding Nemo? Dalam film itu, berbagai jenis ikan laut jadi bintangnya. Jenis-jenis menawan, seperti Brown Kelly, Blue Devil, Polly Mars, Capungan, dan Kodok Kuning jadi incaran penggemar ikan laut hias.
Wajar bila Anda terpesona dengan karakter lucu mereka dan tak hanya menikmati animasinya. Sebab, kita pun bisa memelihara dan bisa mengagumi pesonanya kapan pun. Keragaman ikan laut terkenal dengan karakternya yang bervariasi, baik dari bentuk, warna ataupun sifatnya.
Ikan laut digolongkan jadi dua kategori, yaitu untuk konsumsi dan estetika (hiasan). Keragaman inilah yang membuatnya jadi daya tarik sendiri bagi setiap orang. Paling dominan yang menandai perbedaannya kebanyakan ada pada struktur tubuhnya. Tak sedikit orang yang memanfaatkan keindahan tubuhnya sebagai dekoratif akuarium. Warna-warni dan bentuk yang unik, membuat mata tak bosan untk terus berlama-lama di depan akuarium. Belum lagi kolaborasi setting dengan gerombolan terumbu karang.
“Konon, memilihara ikan bisa dijadikan alternatif terapi pikiran. Coba saja ketika sedang pusing, Anda melihat gerombolan ikan di akuarium, pasti pikiran penat akan hilang,” kata Pedagang Ikan Laut Hias di Patuha Surabaya, Anshori.
Namun untuk memelihara ikan laut hias ini bukanlah perkara mudah untuk diterapkan. Pasalnya jika dilakukan secara asal, akan berakibat fatal bagi proses kehidupan biota di dalamnya. Misalnya ikan, terumbu karang, dan tumbuhan air di dalamnya. Banyak kasus tragis yang sering terjadi saat memelihara ikan laut hias ini.
Kebanyakan ikan ada dalam kondisi stres atau malahan mati. Ini seringkali dikeluhkan, terlebih bagi mereka yang masih awam dengan karakter kehidupan ikan laut. Sebenarnya, menurut karyawan Anshori – Wawan, merawat ikan laut hias bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Itu selama kita tahu langkah-langkah aman yang diterapkan untuk ikan dan biota laut lainnya. Mau tahu tips sukses merawat ikan laut hias?
Pertama: Filterisasi Proses filter air perlu dilakukan sebagai langkah awal sebelum ikan dan biota laut lain masuk ke akuarium. Tujuannya, untuk proses sirkulasi dan menetralisir kadar garam di dalamnya. Untuk mengetahui kadar garam air laut dalam akuarium bisa mengunakan alat pengukur hydrometer. Pasalnya, jika kadar garam terlalu tinggi, besar kemungkinan ikan akan berubah warna. Sedangkan kadar garam rendah, membuat ikan lemas.
Waktu efektif yang diperlukan untuk proses filterisasi ini bisa dilakukan selama satu hari.
Demikian halnya proses sirkulasi akan lebih maksimal, jika diterapkan terpisah dari akuarium utama. Itu dilakukan untuk meminimkan frekuensi pengurasan akuarium. Dijamin dalam jangka waktu satu tahun, akuarium tetap bersih tanpa dikuras.
Kedua: Pemilihan Ikan Ada hal yang juga perlu diperhatikan dalam langkah awal ini. Terlebih, bagi Anda yang baru pertama kali bergelut dengan ikan laut hias. Disarankan untuk tidak membeli dalam jumlah banyak. Itu untuk memberi kesempatan pada ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan buatan yang baru. Ini tak hanya berlaku untuk ikan, terumbu dan tanaman laut juga harus melewati fase ini.
Hal itu terjadi, karena sebagian besar ikan laut hias yang ditangkap menggunakan potas (racun ikan), sehingga ikan ada dalam tingkat stres yang tinggi. Banyaknya orang yang gagal dalam merawat ikan laut hias lantaran tidak mengerti banyak tentang kondisinya.
“Itulah tujuan untuk tidak membeli ikan dalam jumlah banyak pada tahap awal dan usahakan agar ukuran ikan dalam satu akuarium sepadan. Itu untuk mencegah tingkat stres, khususnya bagi ikan kecil,” jelas Wawan.
Ketiga: Sinar UV&Pendingin Karena ikan laut ini hidup di habitat buatan, tentu aspek-aspek pendukung juga dibuat menyerupai habitat asli. Misalnya, penyinaran dan kondisi suhu dalam air. Sebagian besar biota laut membutuhkan asupan sinar matahari, meski tak secara langsung.
Untuk mengakali ini, bisa dengan menerapkan sinar ultraviolet buatan. Sama halnya dengan penyesuian kondisi di dalam laut, dimana biota lebih menyukai suhu dingin. Membuat kondisi ini, penggunaan chiller (pendingin) boleh dianjurkan dengan menerapkan tingkat derajat 26-270 C. Sebab harga chiller tergolong mahal, alternatif memanfaatkan es batu pun bisa dilakukan 4-5 kali dalam sehari. [santi]